Senin, 17 November 2008

KATA KATA

KATA KATA

lihatlah biji kata-kata yang terbuang ke tanah tumbuh seperti semak-semak di sawah terabai menyesakkan dada, tak bisa diharap ular dan serangga berbisa mungkin telah hidup di sana, seperti manusia menyimpan rasa untuk cinta, dengki, dan kuasa kata-kata telah terbantai makna hatinya lalat hijau telah mengubur dengan dengusan penyair-penyair lahir sebagai nisan menangis berhiba-hati teronggok di depan mulut-mulut busuk berbusa-busa selamat malam kefanaan sang pemulung telah menjual kata-kata pada jiwa yang lapar

_InK_

Selasa, 21 Oktober 2008

Gelisah


Sedikit goresan tinta terurai rapi disisi jiwa yang terbelenggu dan terajut satu demi satu
Ditiap butiran tinta aku paparkan dahaga pilu diujung rindu
Mengisyaratkan hasrat, aku tuangkan amarah yang kian membisu
Pertautan hati disetiap langkah jalanku yang tidak berhenti berliku
'Ah, mengapa aku terlalu lantang menyuarakan ultimatum perang pada sang waktu
Sebab aku tidak tahu ke arah manakah jalan pulang itu

Berikan aku seikat bunga dikepala ratu dan seteguk air didalam tungku
Maka tiba bangkitku terlepas dari kaku, layu, dan kuyu

----Kali ini kau yang menang wahai waktuku----

Kisah Aku Berkeluh-kesah

Sedikit goresan tinta terurai rapi disisi jiwa yang terbelenggu dan terajut satu demi satu
Ditiap butiran tinta aku paparkan dahaga diujung rindu
Mengisyaratkan hasrat yang aku tuangkan dalam tungku amarah yang kian membisu
Pertautan hati disetiap langkah jalanku yang tidak berhenti berliku

Minggu, 19 Oktober 2008

Mendung Itu


Mendung menyelimuti awan yang tak lagi membiru
Aku bertanya, "Apakah langit telah malu dan tidak lagi bersedia tersenyum?"
Dengan hangat,
Dengan mesra.
Aku kembali bertanya, "Apakah dibalik awan masih tersisa harapan?"
Sedangkan harapan yang ada
Adalah hujan penyesalan yang tertunda

::Bakhtiar R Imawan::